Sunday, October 16, 2011

MEDIA MIKROBA 5

Media Campuran

1. BBL™ Trypticase™ Soy Agar with Lecithin and
Polysorbate 80
a) 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Papaic Digest of Soybean Meal
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 0.7 g/L Lecithin
e) 5.0 g/L Polysorbate 80
f) 15.0 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Deteksi dan enumerasi mikroorganisme untuk kepentingan kebersihan

2. BBL™ XL Agar Base
a) 3.5 g/L Xylose
b) 5.0 g/L L-Lysine
c) 7.5 g/L Lactose
d) 7.5 g/L Sucrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 3.0 g/L Yeast Extract
g) 0.08 g/L Phenol Red
h) 13.5 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi pathogen dalam perut

3. BBL™ XLD Agar
a) 3.5 g/L Xylose
b) 5.0 g/L L-Lysine
c) 7.5 g/L Lactose
d) 7.5 g/L Sucrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 3.0 g/L Yeast Extract
g) 0.08 g/L Phenol Red
h) 2.5 g/L Sodium Desoxycholate
i) 6.8 g/L Sodium Thiosulfate
j) 0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate
k) 13.5 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi pathogen dalam perut

4. BD TM Tellurite Agar (Hoyle)
a) 10.0 g/L Meat Extract
b) 10.0/L Peptone
c) 5.0/L Sodium Chloride
d) 0.35/L Potassium Tellurite
e) Horse Blood, defibrinated, lysed 7%
f) 15.0 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Isolasi Corynebacterium diphtheriae dari spesimen klinis

5. BEA (Bile Esculin Agar)
a) Bile salt
b) Esculin
Media selektif dan diferensial
Membedakan Enterococcus dari Streptococcus

6. Bordet Gengou Agar Base
a) Gliserol
b) Darah segar
Media selektif dan diferensial
Prosedur kualitatif untuk pendeteksian dan isolasi Bordetella pertussis dari spesimen klinis

7. Bordet Gengou Blood Agar
Media selektif dan diferensial
Prosedur kualitatif untuk pendeteksian dan isolasi Bordetella pertussis dari spesimen klinis

8. Brilliant Green Bile Agar
a) 8.25 g/L Peptone
b) 1.9 g/L Lactose
c) 2.95mg/L Oxgall
d) 205.0 mg/L Sodium Sulfite
e) 29.5 mg/L Ferric Chloride
f) 15.3 mg/L Monopotassium Phosphate
g) 10.15 g/L Agar
h) 64.9 mg/L Erioglaucine
i) 77.6 mg/L Basic Fuchsin
j) 29.5 μg/L Brilliant Green
Media selektif dan diferensiasi
Isolasi, enumerasi, dan diferensiasi bakteri coliform

9. Difco™ Bordet Gengou Agar Base
a) 4.5 g/L Potato, Infusion from 125 g
b) 5.5 g/L Sodium Chloride
c) 20.0 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Prosedur kualitatif untuk deteksi dan isolasi Bordetella pertussis dari spesimen klinis

10. Difco™ Modified Oxford Antimicrobic Supplement
a) Colistin Sulfate 10.0 mg/10 mL Vial
b) 20.0 mg/10 mL Vial Moxalactam
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi Listeria monocytogenes

11. Difco™ Oxford Antimicrobic Supplement
a) 5.0 mg/10 mL Vial Acriflavine
b) 2.0 mg/10 mL Vial Cefotetan
c) 20.0 mg/10 mL Vial Colistin Sulfate
d) 400.0 mg/10 mL Vial Cycloheximide
e) 10.0 mg/10 mL Vial Fosfomycin
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi Listeria monocytogenes

12. Difco™ Oxford Medium Base
a) 8.9 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 4.4 g/L Proteose Peptone No. 3
c) 4.4 g/L Yeast Extract
d) 2.7 g/L Tryptic Digest of Beef Heart
e) 0.9 g/L Starch
f) 4.4 g/L Sodium Chloride
g) 1.0 g/L Esculin
h) 0.5 g/L Ferric Ammonium Citrate
i) 15.0 g/L Lithium Chloride
j) 15.3 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi Listeria monocytogenes

13. Difco™ Tetrathionate Broth Base
a) 2.5 g/L Proteose Peptone
b) 2.5 g/L Pancreatic Digest of Casein
c) 1.0 g/L Oxgall
d) 30.0 g/L Sodium Thiosulfate
e) 10 g/L Calcium Carbonate
Media selektif dan diperkaya
Isolasi Salmonella dari feses, urine, dan makanan

14. Difco™ Tryptic Soy Agar with Lecithin and Polysorbate
80 (Microbial Content Test Agar)
a) 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Soy Peptone
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 0.7 g/L Lecithin
e) 5.0 g/L Polysorbate 80
f) 15.0 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Deteksi dan enumerasi mikroorganisme untuk kepentingan kebersihan

15. Difco™ XLD Agar
a) 3.75 g/L Xylose
b) 5.0 g/L L-Lysine
c) 7.5 g/L Lactose
d) 7.5 g/L Saccharose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 3.0 g/L Yeast Extract
g) 0.08 g/L Phenol Red
h) 2.5 g/L Sodium Desoxycholate
i) 6.8 g/L Sodium Thiosulfate
j) 0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate
k) 15.0 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi pathogen dalam perut

16. EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
a) Eosin
b) Metilen Blue
c) Karbohidrat Laktosa
Media selektif dan diferensial
Menentukan jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung

17. Lactose Broth
a) 0.5% Pepton
b) 0.3% Ekstrak Beef
c) 0.5% Laktosa
Media diperkaya dan selektif
Mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya

18. MacConkey agar
a) 17.0 g/L Pancreatic Digest of Gelatin
b) 1.5/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 1.5/L Pancreatic Digest of Casein
d) 10.0/L Lactose
e) 1.5/L Bile Salts Mixture
f) 5.0/L Sodium Chloride
g) 13.5/L Agar
h) 30.0 mg/L Neutral Red
i) 1.0/L Crystal Violet
Media selektif dan diferensial
Isolasi mikroorganisme enterik dari campuran bakteri

19. MacConkey Agar No. 2
a) 20.0 g/L Pancreatic Digest of Gelatin
b) 10.0/L Lactose
c) 1.5/L Bile Salts No. 2
d) 5.0/L Sodium Chloride
e) 15.0/L Agar
f) 50.0 mg/L Neutral Red
g) 1.0/L Crystal Violet
Media selektif dan diferensial
Pengenalan enterococci diantara coliform dan organisme fermentasi nonlaktosa

20. MacConkey Agar without Crystal Violet
a) 20.0 g/L Pancreatic Digest of Gelatin
b) 10.0/L Lactose
c) 5.0/L Bile Salts Mixture
d) 12.0/L Agar
e) 75.0 mg/L Neutral Red
Media selektif dan diferensial
Pencirian Mycobacterium fortuitum-chelonei yang kompleks dari kecepatan pertumbuhan mycobacteria

21. MacConkey Broth
a) Pancreatic Digest of Gelatin 20.0 g/L
b) Lactose 10.0/L
c) Ox bile 5.0/L
d) Bromcresol Purple 10.0 mg/L
Media selektif dan diferensial
Isolasi mikroorganisme enterik dari campuran bakteri

22. MacConkey-Sorbitol Agar
a) 17.0 g/L Pancreatic Digest of Gelatin
b) 1.5/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 1.5/L Pancreatic Digest of Casein
d) 10.0/L Sorbitol
e) 1.5/L Bile Salts Mixture
f) 5.0/L Sodium Chloride
g) 13.5/L Agar
h) 30.0 mg/L Neutral Red
i) 1.0/L Crystal Violet
Media selektif dan diferensial
Isolasi mikroorganisme enterik dari campuran bakteri

23. Media BSA (Bismuth Sulfida Agar)
a) 5 g/L Beef Extract
b) 6 g/L Peptone
c) 5 g/L Glucose
d) 4 g/L Na2HPO4.12H2O
e) 0.3 g/L FeSO4.7H2O
f) 8 g /L Bismuth Sulfite Indicator
g) 0.025 g/L Brilliant Green
h) 20 g/L Agar
Media kompleks dan selektif
Isolasi Salmonella typhii dan spesies lain

24. MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar)
a) 10 g/L Protein dari kasein
b) 8 g/L Ekstrak daging
c) 4 g/L Ekstrak ragi
d) 20 g/L D (+) Glukosa
e) 0.2 g/L Magnesium sulfat
f) 14 g/L Agar-agar
g) 2 g/L Dipotassium Hidrogen Phosphate
h) 1g/L Tween 80
i) 2 g/L Diamonium Hidrogen Sitrat
j) 5 g/L Natrium Asetat
k) 0.04 g/L Mangan Sulfat
Media diperkaya dan selektif
Memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan

25. PCA (Plate Count Agar)
a) Casein Enzymic Hydrolisate
b) Yeast Extract
c) Dextrose
d) Agar
Media minimalis dan selektif
Pertumbuhan mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan. PCA juga baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba)

26. PDA (Potato Dextrose Agar)
a) 20% Ekstrak kentang
b) 2% Glukosa
c) Agar
d) 1 L air yang telah didestilasi
Media komplek dan diferensial
Menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang serta untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan

27. PGYA
a) Dekstrosa
b) CaCO3
c) Akuades
Media minimalis dan selektif
Isolasi, enumerasi, dan menumbuhkan sel khamir

8. Serum Tellurite Agar
a) Casein
b) Meat peptones
c) Nitrogen
d) Carbon
e) Sulfur
f) Dextrose
g) Sodium chloride
Media selektif dan diferensial
Isolasi anggota dari genus Corynebacterium, terutama diagnosis dari diphtheria di laboratorium

29. TSB (Trypticase Soy Broth)
a) 17 g Peptone Casein
b) 3 g Peptone Soymeal
c) 2.5 g D (+) Glucose
d) 5 g Sodium Chloride
e) 2.5 g diPottasium Hydrogenophosphate
f) Dikalium Fosfat
Media diperkaya dan selektif
Media broth diperkaya untuk tujuan umum, isolasi, dan penumbuhan bermacam mikroorganisme. Serta banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari spesimen laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen
3
0. XLD (Xylose Lysine Desoxycholate)
a) Yeast Extract
b) Xylose
c) Lysine
d) Lactose
e) Sucrose
f) Sodium Chloride
g) Phenol Red
h) Sodium Desoxycholate
i) SodiumT
j) Ferric Ammonium Sulphate
k) Agar
Media selektif dan diferensial
Menyembuhkan Salmonella and Shigella species


Media Lain

1. Ekstrak daging buah durian
a) Daging buah durian : akuades steril 1: 5 (w/v)
b) Larutan HCl atau NaOH 0,1 N

2. Kaldu nutrisi agar
a) Ekstrak daging (daging 0.5 kg direbus dalam air 1000 mL hingga volume air menjadi setengahnya)
b) Akuades hingga volume menjadi 1000 mL
c) 10 g Pepton
d) 5 g NaCl
e) 15 g Agar-agar

3. Media LB (Luria Bertani)
a) 5 g/L Ekstrak Khamir
b) 10 g/L Tripton
c) 10 g/L NaCl

4. Tauge Agar
a) Ekstrak tauge (100 g tauge (diambil airnya))
b) Akuades hingga volume menjadi 1000 mL
c) 60 g Sukrosa
d) 15 g Agar-agar

Thursday, October 13, 2011

MEDIA MIKROBA 4

Media Diferensial



1. APDA
a) Asam tartarat
b) Glukosa
c) Kentang
d) Agar
Menumbuhkan dan menghitung jumLah khamir dan yeast yang terdapat dalam suatu sampel

2. Arginine Agar
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L L-Arginine HCl
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain


3. Arginine Dihydrolase Broth
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L L-Arginine HCl
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

4. BBL™ Kligler Iron Agar
a) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 10.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 10.0 g/L Lactose
d) 1.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 0.5 g/L Ferric Ammonium Citrate
g) 0.5 g/L Sodium Thiosulfate
h) 15.0 g/L Agar
i) 25.0 mg/L Phenol Red

Diferensiasi anggota pada Enterobacteriaceae berdasarkan kemampuannya dalam fermentasi dekstrosa dan laktosa serta dalam pembebasan sulfida

5. BBL™ MR-VP Broth
a) 3.5 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 3.5 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 5.0 g/L Potassium Phosphate
d) 5.0 g /L Dextrose
Membedakan bakteri dengan cara pemberian metil merah dan reaksi Voges-Proskauer

6. BBL™ Simmons Citrate Agar
a) 1.0 g/L Ammonium Dihydrogen Phosphate
b) 1.0 g/L Dipotassium Phosphate
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 2.0 g/L Sodium Citrate
e) 0.2 g/L Magnesium Sulfate
f) 15.0 g/L Agar
g) 0.08 g/L Bromthymol Blue
Diferensiasi bakteri gram negatif berdasarkan pemakaian sitrat

7. BBL™ Trypticase™ Soy Agar
a) 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Papaic Digest of Soybean Meal
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 15.0 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi mikroorganisme yang kritis dan nonkritis

8. BBL™ TSI Agar
a) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 10.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 1.0 g/L Dextrose
d) 10.0 g/L Lactose
e) 10.0 g/L Sucrose
f) 0.2 g/L Ferrous Ammonium Sulfate
g) 5.0 g/L Sodium Chloride
h) 0.2 g/L Sodium Thiosulfate
i) 13.0 g/L Agar
j) 25.0 mg/L Phenol Red
Membedakan bakteri gram negatif berdasarkan fermentasi karbohidrat dan produksi hidrogen sulfida

9. BCP Glucose Agar
a) 10.00 g/L Tryptone
b) 1.50 g/L Yeast Extract
c) 10.00 g/L D-glucose
d) 0.015 g/L Bromocresol Purple
e) 5.00 g/L Sodium Chloride
f) 15.00 g/L Bacteriological Agar
Membedakan Enterobacteriaceae di dalam air seni, air, dan makanan. Perbedaan ini berdasarkan jenis fermentasi dextrosa

10. Blood agar
Membedakan bakteri berdasarkan kemampuan mereka untuk melisiskan sel-sel darah merah (beta hemolisis, alfa hemolisis, dan gamma hemolisis)

11. Decarboxylase Agar (Control)
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 3.0 g/L Agar
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

12. Decarboxylase Media
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

13. Difco™ MR-VP Medium
a) 7.0 g/L Buffered Peptone
b) 5.0 g/L Dipotassium Phosphate
c) 5.0 g/L Dextrose
Membedakan bakteri dengan cara pemberian metil merah dan reaksi Voges-Proskauer

14. Difco™ Triple Sugar Iron Agar
a) 3.0 g/L Beef Extract
b) 3.0 g/L Yeast Extract
c) 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
d) 5.0 g/L Proteose Peptone No. 3
e) 1.0 g/L Dextrose
f) 10.0 g/L Lactose
g) 10.0 g/L Sucrose
h) 0.2 g/L Ferrous Sulfate
i) 5.0 g/L Sodium Chloride
j) 0.3 g/L Sodium Thiosulfate
k) 12.0 g/L Agar
l) 24.0 mg/L Phenol Red
Membedakan bakteri gram negatif berdasarkan fermentasi karbohidrat dan produksi hidrogen sulfida

15. Difco™ Tryptic Soy Agar
a) 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Enzymatic Digest of Soybean Meal
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 15.0 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi mikroorganisme yang kritis dan nonkritis

16. Koser Citrate Broth
a) 3.00 g/L Sodium Citrate
b) 1.00 g/L Monopotassium Phosphate
c) 1.50 g/L Sodium Ammonium Phosphate
d) 0.20 g/L Magnesium Sulfate
Membedakan Escherichia coli dari Enterobacter atas dasar penggunaan dan pemanfaatan sitrat

17. Lysine Agar
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L of L-Lysine HCl
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

18. Lysine Decarboxylase Broth
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L L-Lysine HCl Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

19. Ornithine Agar
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L L-Ornithine HCl
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

20. Ornithine Decarboxylase Broth
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L L-Ornithine HCl
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

21. Ornithine with Agar
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 3.0 g/L Agar
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

22. Potassium Tellurite Cystine Agar
a) 11.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 2.0/L Beef Heart Infusion Solids
d) 2.0/L Yeast Extract
e) 5.0/L Sodium Chloride
f) 15.0/L Agar
g) 44.0 mg/L L-Cystein
h) 50.0 mg/L Potassium Tellurite
i) 50.0/L Sheep blood
Untuk menyembuhkan Corynebacterium diptheriae dari spesimen klinis dan membantu membedakan C. diptheriae dari bakteri diptheriae lain

23. Simmons Citrate Agar
a) 0.2 g/L Magnesium sulphate
b) 0.2 g/L Ammonium dihydrogen Phosphate
c) 2.5 g/L Tri-sodium citrate
d) 0.080 g/L Bromo-thymol blue
e) 0.8 g/L Sodium ammonium phosphate
f) 5.0 g/L Sodium chloride
g) 14.0 g/L Agar A (RM10)
Membedakan Enterobacteriaceae berdasarkan utilsasi sitrat

Saturday, October 8, 2011

MEDIA MIKROBA 3

Media Selektif

1. Bactotm Peptone (Difco-Becton Dickinson)
a) 10 g NaCl
b) 1 L air distilasi

Protein pencernaan enzimatis

2. BBE (Bacteroides Bile Esculin) Agar
a) Gentamicin
b) Oxgall
c) Esculetin
d) Dextrose
e) Iron salt (ferric ammonium citrate)

Media isolasi primer untuk menyeleksi dan memperkirakan identifikasi dari kelompok B. fragilis

3. BBL™ Brain Heart CC Agar
a) 16.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 8.0 g/L Brain Heart, Infusion from (solids)
c) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
d) 5.0 g/L Sodium Chloride
e) 2.0 g/L Dextrose
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate
g) 0.5 g/L Cycloheximide
h) 0.05 g/L Chloramphenicol
i) 13.5 g/L Agar
Isolasi fungi patogen dari spesimen yang mencemarinya dengan bakteri dan jamur saprophytic

4. BBL™ Brain Heart Infusion Agar
a) Brain Heart, Infusion from (solids) 8.0 g/L
b) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 16.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
d) 2.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate
g) 13.5 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi tentang suatu spesies fungi, termasuk sistem fungi dari sumber klinis dan nonklinis5.

5.BBL™ Brain Heart Infusion Agar, Modified
a) Brain Heart, Infusion from (solids) 3.5 g/L
b) 15.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
d) 2.0 g/L Dextrose
e) 6.5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate
g) 15.0 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi tentang suatu spesies fungi, termasuk sistem fungi dari sumber klinis dan nonklinis

6. BBL™ Mannitol Salt Agar
a) 5.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 1.0 g/L Beef Extract
d) 10.0 g/L D-Mannitol
e) 75.0 g/L Sodium Chloride
f) 15.0 g/L Agar
g) 25.0 mg/L Phenol Red
Isolasi selektif dan enumerasi staphylococci dari material klinis dan nonklinis

7. BBL™ M-PA-C Agar
a) 2.0 g/L Yeast Extract
b) 5.0 g/L L-Lysine HCl
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 1.25 g/L Xylose
e) 1.25 g/L Sucrose
f) 1.25 g/L Lactose
g) 0.08 g/L Phenol Red
h) 0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate
i) 5.0 g/L Sodum Thiosulfate
j) 1.5 g/L Magnesium Sulfate
k) 8.0 mg/L Kanamycin
l) 37.0 mg/L Nalidixic Acid
m) 12.0 g/L Agar
Penyembuhan dan enumerasi Pseudomonas aeruginosa dari air

8. BBL™ Seven H11 Agar Base
a) 1.0 g/900 mL Pancreatic Digest of Casein
b) 0.5 g/900 mL Monosodium Glutamate
c) 0.4 g/900 mL Sodium Citrate
d) 1.0 mg/900 mL Pyridoxine
e) 0.5 mg/900 mL Biotin
f) 0.04 g/900 mL Ferric Ammonium Citrate
g) 0.5 g/900 mL Ammonium Sulfate
h) 1.5 g/900 mL Disodium Phosphate
i) 1.5 g/900 mL Monopotassium Phosphate
j) 0.05 g/900 mL Magnesium Sulfate
k) 13.5 g/900 mL Agar
l) 0.25 mg/900 mL Malachite Green
m) 1.0 mg/900 mL Zinc Sulfate
n) 1.0 mg/900 mL Copper Sulfate
o) 0.5 mg/900 mL Calcium Chloride
Prosedur isolasi dan kultivasi mikrobakteri, khususnya Mycobacterium tuberculosis dari spesimen klinis dan nonklinis

9. Blood Agar Base (Infusion Agar)
a) Heart Muscle, Infusion from (solids) 2.0 g/L
b) 13.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
c) 5.0 g/L Yeast Extract
d) 5.0 g/L Sodium Chloride
e) 15.0 g/L Agar
Isolasi, kultivasi, dan deteksi aktivitas hemolitik dari streptococci dan mikroorganisme lain

10. Blood Agar Base No. 2
a) 15.0 g/L Proteose Peptone
b) 2.5 g/L Liver Digest
c) 5.0 g/L Yeast Extract
d) 5.0 g/L Sodium Chloride
e) 12.0 g/L Agar
Isolasi, kultivasi, dan deteksi aktivitas hemolitik dari streptococci dan mikroorganisme lain


11. Brilliant Green Agar Media
a) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
c) 10.0 g/L Proteose Peptone No. 3
d) 3.0 g/L Yeast Extract
e) 10.0 g/L Lactose
f) 10.0 g/L Sucrose
g) 5.0 g/L Sodium Chloride
h) 20.0 g/L Agar
i) 12.5 mg/L Brilliant Green
j) 0.08 g/L Phenol Red
Isolasi jenis Salmonella (kecuali S. typhi dan S. paratyphi) dari infeksi seperti fecal spesimen, produk susu, dan makanan. Brilliant Green dengan Novobiocin direkomendasikan untuk menguji makanan dari Salmonella

12. Brilliant Green Agar Modified
a) 5.0 g/L Beef Extract
b) 10.0 g/L Peptone
c) 3.0 g/L Yeast Extract
d) 1.0 g/L Disodium Phosphate
e) 0.6 g/L Monosodium Phosphate
10.0 g/L Lactose
f) 10.0 g/L Sucrose
g) 0.09 g/L Phenol Red
h) 4.7 mg/L Brilliant Green
i) 12.0 g/L Agar
Isolasi Salmonella dari air, limbah, dan bahan makanan

13. Brilliant Green Sulfa Agar
a) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
c) 10.0 g/L Proteose Peptone No. 3
d) 3.0 g/L Yeast Extract
e) 10.0 g/L Lactose
f) 10.0 g/L Sucrose
g) 5.0 g/L Sodium Chloride
h) 20.0 g/L Agar
i) 12.5 mg/L Brilliant Green
j) 0.08 g/L Phenol Red
k) 0.08 g/L Sulfadiazine
Untuk isolasi jenis Salmonella (kecuali S. typhi dan S. paratyphi) dari infeksi seperti fecal spesimen, produk susu, dan makanan. Brilliant Green dengan Novobiocin direkomendasikan untuk menguji makanan dari Salmonella

14. Cetrimide Agar
a) 20 g/L Enzymatic Digest of Gelatin
b) 1.4 g/L Magnesium Chloride
c) 10 g/L Potassium Chloride
d) 0.3 g/L Cetrimide (Cetyltrimethylammonium Bromide)
e) 13.6 g/L Agar
f) Supplement /Liter : Glycerol 10 mL
Isolasi dan identifikasi Pseudomonas aeruginosa

15. Chapman Stone Medium
a) 2.5 g/L Yeast Extract
b) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
c) 30.0 g/L Gelatin
d) 10.0 g/L D-Mannitol
e) 55.0 g/L Sodium Chloride
f) 75.0 g/L Sulfate Ammonium
g) 5.0 g/L Dipotassium Phosphate
h) 15.0 g/L Agar
Isolasi dan identifikasi staphylococci berdasarkan pada fermentasi mannitol dan aktivitas gelatin

16. CMC (Carboxymethyl Cellulose)
a) 1 g KH2PO4
b) 0.5 g K2SO4
c) 0.5 g NaCl
d) FeSO4
e) 1g NH4NO3
f) 0.01 g MNSO4
g) 200 mL CMC ( 10 g dalam 200 mL)
h) 20 g Agar Bacto
i) Akuades (hingga tepat 1 L)
j) Merah kongo 1 % ( 1 g Merah kongo dalam 100 mL aquades)
k) NaOH 1%
Mengisolasi mikroba pendegradasi bahan organik, bakteri, dan fungi selulolitik

17. Difco™ Brain Heart Infusion Agar
a) 7.7 g/L Calf Brains, Infusion from 200 g
b) 9.8 g/L Beef Heart, Infusion from 250 g
c) 10.0 g/L Proteose Peptone
d) 2.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate
g) 15.0 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi tentang suatu spesies fungi, termasuk sistem fungi dari sumber klinis dan nonklinis

18. Difco™ Brilliant Green Bile Broth 2%
a) 10.0 g/L Peptone
b) 20.0 g/L Oxgall
c) 10.0 g/L Lactose
d) 13.3 mg/L Brilliant Green
Mendeteksi organisme coliform di dalam makanan, produk susu, air, dan wastewater

19. Difco™ Mannitol Salt Agar
a) 10.0 g/L Proteose Peptone No. 3
b) 1.0 g/L Beef Extract
c) 10.0 g/L D-Mannitol
d) 75.0 g/L Sodium Chloride
e) 15.0 g/L Agar
f) 25.0 mg/L Phenol Red
Isolasi selektif dan enumerasi staphylococci dari material klinis dan nonklinis

20. Difco™ MIO Medium
a) 3.0 g/L Yeast Extract
b) 10.0 g/L Peptone
c) 10.0 g/L Tryptone
d) 5.0 g/L L-Ornithine HCl
e) 1.0 g/L Dextrose
f) 2.0 g/L Agar
g) 0.02 g/L Bromcresol Purple
Menunjukkan pergerakan dan kegiatan dekarboksilasi ornithine untuk membedakan dari Enterobacteriaceae

21. Difco™ Mycobacteria 7H11 Agar
a) g/900 mL Pancreatic Digest of Casein
b) 0.5 g/900 mL L-Glutamic Acid
c) 0.4 g/900 mL Sodium Citrate
d) 1.0 mg/900 mL Pyridoxine
e) 0.5 mg/900 mL Biotin
f) 0.04 g/900 mL Ferric Ammonium Citrate
g) 0.5 g/900 mL Ammonium Sulfate
h) 1.5 g/900 mL Disodium Phosphate
i) 1.5 g/900 mL Monopotassium Phosphate
j) 0.05 g/900 mL Magnesium Sulfate
k) 15.0 g/900 mL Agar
l) 1.0 mg/900 mL Malachite Green
Prosedur isolasi dan kultivasi mikrobakteri, khususnya Mycobacterium tuberculosis dari spesimen klinis dan nonklinis

22. Difco™ Tellurite Glycine Agar
a) 6.5 g/L Yeast Extract
b) 3.5 g/L Soytone
c) 10.0 g/L Tryptone
d) 10.0 g/L Glycine
e) 5.0 g/L D-Mannitol
f) 5.0 g/L Dipotassium Phosphate
g) 5.0 g/L Lithium Chloride
h) 17.5 g/L Agar
Isolasi koagulsi positif dari staphylococci

23. Difco™ Thermoacidurans Agar
a) 5.0 g/L Yeast Extract
b) 5.0 g/L Proteose Peptone
c) 5.0 g/L Dextrose
d) 4.0 g/L Dipotassium Phosphate
e) 20.0 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi Bacillus coagulans (Bacillus thermoacidurans) dari makanan

24. Difco™ Tomato Juice Agar
a) 20.0 g/L Tomato Juice (from 400 mL)
b) 10.0 g/L Peptone
c) 10.0 g/L Peptonized Milk
d) 20.0 g/L Agar
Kultivasi dan enumerasi Lactobacillus


26. Difco™ Tomato Juice Broth
a) 20.0 g/L Tomato Juice (from 400 mL)
b) 10.0 g/L Yeast Extract
c) 10.0 g/L Dextrose
d) 0.5 g/L Dipotassium Phosphate
e) 0.5 g/L Monopotassium Phosphate
f) 0.1 g/L Magnesium Sulfate
g) 0.01 g/L Sodium Chloride
h) 0.01 g/L Ferrous Sulfate
i) 0.01 g/L Manganese Sulfate
Kultivasi dan enumerasi mikroorganisme asidofilik lain dari air ludah dan spesimen lain

27. Inositol Brilliant Green Bile Agar (Plesiomonas Differential Agar)
a) 10.000 Gms/Litre Proteose peptone
b) 5.000 Gms/Litre Meat extract
c) 10.000 Gms/Litre Meso-Inositol
d) 8.500 Gms/Litre Bile salts mixture
e) 5.000 Gms/Litre Sodium chloride
f) 0.00033 Gms/Litre Brilliant green
g) 0.025 Gms/Litre Neutral red
h) 13.500 Gms/Litre Agar
Isolasi selektif pada Plesiomonas shigelloides dan Aeromonas species dari feses dan bahan makanan

28. Lactose Agar with Bromthymol Blue and Crystal Violet
a) 15.00 g/L Lactose
b) 1.00 g/L Sodium Thiosulfate
c) 7.50 g/L Casein Peptone
d) 1.00 g/L Sodium Desoxycholate
e) 7.50 g/L Meat Peptone
f) 0.08 g/L Bromothymol Blue
g) 3.00 g/L Beef Extract
h) 0.005 g/L Crystal Violet
i) 3.00 g/L Yeast Extract
j) 12.00 g/L Bacteriological Agar
Isolasi bakteri gram negatif dari urine, feses, dan spesimen klinis lainnya.

29. Lignin-benomyl-guaiacol
a) 0.5 g KH2PO4
b) 0.2 g MgSO4.7H2O
c) 0.1 g NH4NO3
d) 0.1 g KCl
e) 0.02 g FeSO4.7H2O
f) 0.05 g Ca(NO3)2.4H2O
g) 2 g Malt ekstrak
h) 15 g Agar bacto
i) 5 mL Larutan KOH 1 M
j) 0.4 mL Guaiacol
k) 1 g Indulin AT (alkali liginin)
l) 60 mg Antibiotik Clortetrasycline-HCl
m) 30 mg Streptomycin sulfate
n) 30 mg Penisilin G
o) 4 mg Benomyl (seperti benlate 50 WP)
Mengisolasi fungi ligninolitik

30. Media cair alami Air tebu, air kelapa, nira aren, susu sapi segar, susu skim, susu kedelai di samping berbagai medium cair yang berkomposisikan gula-gula sederhana seperti gula pasir, glukosa, fruktosa, dan laktosa Pertumbuhan bakteri-bakteri asam laktat dalam penyimpanan bakteri-bakteri asam laktat pada suatu bank mikroba

31 NA (Nutrient Agar)
a) 10 g Ekstrak Beef
b) 10 g Pepton
c) 5 g NaCl
d) 1000 mL Air desitilat
e) 15 g/L Agar
Uji air dan produk dairy. Nutrient Agar juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof serta digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni

32. Nitrate Broth
a) 5.0 g/L Peptone
b) 3.0 g/L Meat Extract/Beef Extract
c) 1.0 g/L Potassium Nitrate
d) 1.0 g/L Proteose Peptone No. 3
Mendeteksi reduksi nitrat

33. Nutrient Broth
a) 5 g Pepton
b) 850 mL air distilasi/akuades
c) 3 g Ekstrak daging
Merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair

34. Ogye Agar Base
a) 5 g/L Yeast Extract
b) 20 g/L Dextrose
c) 12 g/L Agar
d) Supplement
100 mg oxytetracycline
10 mL sterile solution
Mendeteksi dan mengisolasi ragi dan cetakan dari makanan

35. Orange Serum Agar
a) 10.0 g/L Orange Serum
b) 3.0 g/L Yeast Extract
c) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
d) 4.0 g/L Dextrose
e) 2.5 g/L Dipotassium Phosphate
f) 15.5 g/L Agar
Isolasi dan enumerasi terhadap mikroorganisme berhubungan dengan cacat produk buah jeruk

36. SSW (Synthetic Sea Water)
a) 5 g MgSO4.7H2O
b) 30 g NaCl
c) 1.4 g MgCl2.H2O
d) 0.7 g CaCl2.2H2O
e) 0.5 g Ekstrak Khamir
f) 0.5 g Pepton
g) 3 mL Gliserol
h) 1 L akuades
i) 10 g Bacto
Media spesifik untuk bakteri halofilik

37. Thayer-Martin Selective Agar
a) Chocolate II Agar dengan vancomycin, colistin, dan nystatin
b) Trimethoprim
c) 20 g/L agar
d) 1.5 g/L dextrose
Isolasi patogen Neisseria dari spesimen campuran yang berasal dari tumbuhan, bakteri, dan fungi

38. Vancomycin Screen Agar
a) 8.00 /L Brain Heart Infusion
b) 5.00/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 16.00/L Peptic Digest of Casein
d) 5.00/L Sodium Chloride
e) 2.00/L Dextrose
f) 2.50/L Disodium Phosphate
g) 13.50/L Bacteriological Agar
h) 0.56/L FD & Yellow #5 Dye
Menyaring enterococci yang bersifat menentang atau menghambat vancomycin

39. Violet Red Bile Glucose Agar
a) 3.0 g/L Yeast Extract
b) 7.0 g/L Peptone
c) 1.5 g/L Bile Salts No. 3
d) 10.0 g/L Glucose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 0.03 g/L Neutral Red
g) 2.0 mg/L Crystal Violet
h) 15.0 g/L Agar
Deteksi dan enumerasi Enterobacteriaceae pada makanan dan produk susu

40. VJ Agar (Vogel and Johnson Agar)
a) 10.0 g/L Tryptone
b) 5.0 g/L Yeast Extract
c) 10.0 g/L Mannitol
d) 5.0 g/L Dipostassium Phosphate
e) 5.0 g/L Lithium Chloride
f) 10.0 g/L Glycine
g) 15.0 g/L Agar
h) 25.0 mg/L Phenol Red
Digunakan untuk awal pendeteksian koagulasi positif dan fermentasi mannitol staphylococci

41. VRBL (Violet Red Bile Agar)
a) 3.0 g/L Yeast Extract
b) 7.0 g/L Peptone
c) 1.5 g/L Bile Salts No. 3
d) 10.0 g/L Lactose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 15.0 g/L Agar
g) 0.03 g/L Neutral Red
h) 2.0 mg/L Crystal Violet
Enumerasi bakteri coliforms di dalam produk susu

42. VRBL (Violet Red Bile Agar) with Lactose a) 10.00 g/L Lactose
b) 7.00 g/L Gelatin Peptone

c) 5.00 g/L Sodium Chloride
d) 3.00 g/L Yeast Extract
e) 1.50 g/L Bile Salts Nº 3
f) 0.03 g/L Neutral Red
g) 0.002 g/L Crystal Violet
h) 15.00 g/L Bacteriological Agar
Pendeteksian dan enumerasi Coliforms di dalam produk susu, air, dan makanan

43. VRBL (Violet Red Bile Agar) with MUG
a) 3.0 g/L Yeast Extract
b) 7.0 g/L Peptone
c) 1.5 g/L Bile Salts No. 3
d) 10.0 g/L Lactose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 15.0 g/L Agar
g) 0.03 g/L Neutral Red
h) 2.0 mg/L Crystal Violet
i) 0.1 g/L MUG (4-methylumbelliferyl-ß- D-glucuronide)
Enumerasi Escherichia coli dan total bakteri coliform pada makanan dan produk susu

MEDIA MIKROBA 2

Media Minimalis

1. Bacto™ Brain Heart Infusion

a) 7.7 g/L Calf Brains, Infusion from 200 g
b) 9.8 g/L Beef Heart, Infusion from 250 g
c) 10.0 g/L Proteose Peptone
d) 2.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate

fungsi: Kultivasi mikroorganisme yang kritis dan nonkritis termasuk mikroorganisme aerob dan bakteri anaerob dari berbagai material klinis dan nonklinis

2. Bacto™ Brain Heart Infusion, Porcine

a) 7.7 g/L Pork Brains, Infusion from 200 g
b) 9.8 g/L Pork Heart, Infusion from 250 g
c) 10.0 g/L Pork Peptone No. 2
d) 2.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate

fungsi: Kultivasi berbagai jenis mikroorganisme

3. BBL™ Brain Heart Infusion

a) Brain Heart, Infusion from (solids) 6.0 g/L
b) 6.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 14.5 g/L Pancreatic Digest of Gelatin
d) 3.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate

fungsi:Kultivasi mikroorganisme yang kritis dan nonkritis termasuk mikroorganisme aerob dan bakteri anaerob dari berbagai material klinis dan nonklinis

4. BBL™ Brain Heart Infusion Broth, Modified

a) Brain Heart, Infusion from (solids) 3.5 g/L
b) 15.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
d) 2.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate

fungsi:Kultivasi mikroorganisme yang kritis dan nonkritis termasuk mikroorganisme aerob dan bakteri anaerob dari berbagai material klinis dan nonklinis

5. BBL™ Cary and Blair Transport Medium

a) 1.5 g/L Sodium Thioglycollate
b) 1.1 g/L Disodium Phosphate
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 5.0 g/L Agar

fungsi:Mengumpulkan, mengangkut, dan memelihara spesimen mikrobiologi

6. BBL™ Casman Agar Base

a) 11.5 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 3.5 g/L Yeast Extract
d) 3.0 g/L Beef Extract
e) 0.05 g/L Nicotinamide
f) 0.05 g/L p-Aminobenzoic Acid
g) 0.5 g/L Dextrose
h) 1.0 g/L Cornstarch
i) 5.0 g/L Sodium Chloride
j) 13.5 g/L Agar

fungsi:Kultivasi organisme patogen yang kritis seperti Haemophilus influenzae dan Neisseria gonorrhoeae dari spesimen klinis

7. BBL™ Mueller Hinton II Broth (Cation-Adjusted)

a) 3.0 g/L Beef Extract
b) 17.5 g/L Acid Hydrolysate of Casein
c) 1.5 g/L Starch

fungsi:Prosedur kuantitatif untuk uji kepekaan pertumbuhan aerobik bakteri dari spesimen klinis

8. BBL™ Transport Medium (Stuart, Toshach and Patsula)

a) 1.5 g/L Sodium Thioglycollate
b) 10.0 g/L Sodium Glycerophosphate
c) 0.1 g/L Calcium Chloride
d) 2.0 mg/L Methylene Blue
e) 3.0 g/L Agar

fungsi:Mengumpulkan, mengangkut, dan memelihara spesimen mikrobiologi

9. Beef Extract Powder
a) Beef Extract
b) Pepton

fungsi:Menyediakan media pembiakan untuk mikroba

10 Bovine Albumin 5%
a) Sodium chloride
b) Dextrose

fungsi:Memperkaya media untuk kultivasi suatu variasi jaringan sel dari mikroorganisme

11. Difco™ 2×YT Medium
a) 16.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 10.0 g/L Yeast Extract
c) 5.0 g/L Sodium Chloride

fungsi:Kultivasi rekombinan strains Escherichia coli

12. Difco™ Brain Heart Infusion without Dextrose
a) 7.7 g/L Calf Brains, Infusion from 200 g
b) 9.8 g/L Beef Heart, Infusion from 250 g
c) 10.0 g/L Proteose Peptone
d) 5.0 g/L Sodium Chloride
e) 2.5 g/L Disodium Phosphate

Fungsi:Kultivasi mikroorganisme yang kritis dan nonkritis termasuk mikroorganisme aerob dan bakteri anaerob dari berbagai material klinis dan nonklinis

13. Difco™ Oatmeal Agar
a) 60.0 g/L Oatmeal
b) 12.5 g/L Agar

fungsi:Kultivasi fungi terutama dalam bentuk makrospora

14. Difco™ Transport Medium Amies
a) 3.0 g/L Sodium Chloride
b) 0.2 g/L Potassium Chloride
c) 0.1 g/L Calcium Chloride
d) 0.1 g/L Magnesium Chloride
e) 0.2 g/L Monopotassium Phosphate
f) 1.15 g/L Disodium Phosphate
g) 1.0 g/L Sodium Thioglycollate
h) 10.0 g/L Charcoal
i) 4.0 g/L Agar

fungsi:Mengumpulkan, mengangkut, dan memelihara spesimen mikrobiologi

15. Difco™ Transport Medium Amies without Charcoal
a) 3.0 g/L Sodium Chloride
b) 0.2 g/L Potassium Chloride
c) 0.1 g/L Calcium Chloride
d) 0.1 g/L Magnesium Chloride
e) 0.2 g/L Monopotassium Phosphate
f) 1.15 g/L Disodium Phosphate
g) 1.0 g/L Sodium Thioglycollate
h) 4.0 g/L Agar

fungsi:Mengumpulkan, mengangkut, dan memelihara spesimen mikrobiologi

16. Difco™ YPD Agar
a) 10.0 g/L Yeast Extract
b) 20.0 g/L Peptone
c) 20.0 g/L Dextrose
d) 15.0 g/L Agar

fungsi:Memelihara dan menyebarkan ragi dalam pemeriksaan prosedur mikrobiologi molekular

17. Difco™ YPD Broth
a) 10.0 g/L Yeast Extract
b) 20.0 g/L Peptone
c) 20.0 g/L Dextrose

fungsi:Memelihara dan menyebarkan ragi dalam pemeriksaan prosedur mikrobiologi molekular

18. Terrific Broth
a) 12.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 24.0 g/L Yeast Extract
c) 9.4 g/L Dipotassium Phosphate
d) 2.2 g/L Monopotassium Phosphate

fungsi:Medium dengan glycerol untuk kultivasi recombinant strains E. Coli

Friday, October 7, 2011

Laporan Biologi Virus Tumbuhan

Virus adalah satu set dari satu atau lebih molekul genom berupa molekul DNA atau RNA, biasanya dibungkus oleh selubung pengaman berupa protein selubung (coat protein) atau lipoprotein dan hanya dapat memperbanyak diri dalam sel inang yang sesuai dengan memanfaatkan metabolisme, materi, dan energi dari sel inang (Matthews 1992).
Virus dapat menginfeksi inangnya melalui luka kecil pada tanaman. Setelah virus ini bereplikasi dan memperbanyak diri, tampaklah gejala-gejala penyakit pada tanaman seperti daun menguning, pertumbuhan terganggu, timbul bercak-bercak pada daun dan lainnya.

Tanaman yang terserang virus menunjukkan adanya perubahan bentuk atau morfologi tanaman dan nekrosis (kerusakan jaringan. Keadaan fisiologis tanaman juga terganggu seperti berkurangnya kegiatan fotosintesa, kecepatan respirasi bertambah, terjadinya akumulasi senyawa nitrogen seperti senyawa amida, dan penurunan akti-vitas zat pengatur pertumbuhan dan sebagainya. Gejala penyakit yang tampak terjadi pada daun, dengan berbagai tipe gejala penyakit tergantung dari macam virus yang menyerang dan tanaman inangnya. Gejala penyakit yang umum dari infeksi virus ialah terhambatnya pertumbuhan yang mengakibatkan menurunnya hasil dan tanaman lebih cepat mati. Gejala penyakit yang ditimbulkannya dapat sangat berat atau sangat ringan,biasanya terdapat pada daun yang masih muda sehingga tidak tampak jelas. Gejala yang paling jelas biasanya terdapat pada daun seperti timbulnya mozaik. Tetapi ada sejumlah virus yang dapat menimbulkan gejala penyakit pada batang, buah, akar dan sebagainya tapi tidak terlihat pada daun.

Kebanyakan penyakit virus tanaman bersifat sistematik dan virus yang menjadi penyebab terdapat diseluruh bagian tanaman. Gejala yang ditimbulkannya disebut gejala sistemik. Tetapi untuk virus tertentu dan pada tanaman tertentu, gejala serangnya bersifat lokal dengan timbulnya gejala nekrosa(kerusakan jaringan pada bagian tanaman tertentu) ditempat terjadinya infeksi oleh virus. Gejala semacam ini disebut gejala lesio lokal.Gejala lain akibat terserang virus pada tanaman adalah daun menguning, bercak bercincin atau bergaris, penghambatan pertunbuhan, kerdil, daun menggulung, mengkerut atau berubah seperti tali sepatu, nekrosis, percabangan berbentuk sapu dan sebagainya.
Virus, merupakan suatu organisme yang bersifat parasit obligat yang hanya terdiri dari protein dan asam nukleat baik berupa DNA atau RNA, namun tidak dapat melakukan metabolisme layaknya organisme pada umumnya. Sifat parasit obligat ini membuat virus hanya dapat memperbanyak diri apabila ia berada dalam sel inang. Berbeda dengan patogen-patogen penyebab penyakit atau hama lain seperti cendawan atau bakteri, virus tidak dapat menginveksi inang secara langsung, sebab ia tidak memiliki kemampuan untuk menembus jaringan inang. Virus hanya dapat menginveksi inang apabila ia kontak langsung dengan membran plasma sel, sehingga virus memerlukan benda atau organisme lain yang dapat menginjeksikannya kedalam sel inang atau biasa disebut vektor. Virus membawa informasi genetik yang terdapat dalam DNA atau RNAnya yang berfungsi untuk merusak sistem kerja sel inang. Virus juga memiliki sifat khusus dalam menginveksi inangnya sebab virus hanya dapat menginveksi apabila informasi genetik dalam RNA atau DNA virus dapat dibaca oleh sel inangnya. Ada hubungan yang sangat mendalam antara virus dan tumbuhan inangnya. Virus tumbuhan, seperti halnya virus lainnya, hanya dapat memperbanyak diri atau diperbanyak didalam sel inangnya. Proses perbanyakan ini sering mengacaukan fisiologi inang dan dapat mengakibatkan penyakit. Jadi virus lalu menjadi patogen. Dalam lingkungan alami virus dan inangnya sering mencapai keseimbangan dengan kerusakan minimun terhadap inangn, tekanan seleksi alami memungkinkan keduanya untuk bertahan. Pada penyakit, perbanyakan virus menyebabkan terjadi penyimpangan yang tampak atau gejala. Gejala individual ataus indr om (kelompok gejala) mungkin menentukan virus penyebabnya.

TujuanVirus merupakan salah satu penyebab penyakit yang menyerang hampir sebagian besar tumbuhan, baik tumbuhan liar, budidaya atau bahkan gulma. Serangan virus terhadap tumbuhan akan menunjukkan gejala kerusakan pada jaringan tumbuhan tersebut. Bentuk gejala ni dapat teramati secara kasat mata tanpa harus menggunakan alat bantu seperti mikroskop dan alat optik lainnya. Untuk itu disini akan diamati bentuk gejala serangan virus terhadap tanaman. Dengan pengamatan ini, mahasiswa mampu mengidentifikasi gejala penyakit yang disebabkan oleh virus.

1.Penyakit Kuning
Salah satu OPT yang perlu diwaspadai adalah penyakit Virus Kuning. Penyakit ini sangat merugikan, Penyakit tanaman cabe tberupa virus kuning atau Bule sangat mengganggu. Penyakit ini disebabkan oleh serangga yang disebut Besmisia tabaci atau kutu kebul. Serangan virus kuning bisa berakibat pada penurunan produksi cabe bahkan kecenderungan gagal panen. Secara kasat mata gejala serangan penyakit Virus Kuning mudah dikenali dengan ciri-ciri: Terjadi klorosis pada anak tulang daun dari daun muda dan menyebar keseluruh bagian tanaman, hingga tampak tanaman menguning, Daun mengeriting keatas, menebal dengan ukuran yang mengecil. . Pertumbuhan terhambat atau kerdil. Infeksi virus pada awal pertumbuhan tanaman menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan tidak menghasilkan bunga dan buah. Gejala kuning dapat dilihat dari kejauhan. Sedangkan gejala pada tanaman tomat adalah berupa tepi daun menguning atau pucat dan melekuk ke atas seperti mangkok (cupping),daun mengeras, daun mengecil dan tumbuh tegak, tanaman menjadi kerdil apabila terinfeksi virus sejak awal pertumbuhan.
Geminivirus termasuk dalam kelompok virus tanamandengan genom berupa DNA utas tunggal, berbentukikosahedral, dan terselubung dalam virion ikosahedral kembar(geminate) (Harrison 1985). Anggota kelompok geminivirusdibedakan berdasarkan tanaman inang, serangga vektor, dan struktur genomnya. Anggota geminivirus yang ditularkan olehserangga vektor B. tabaci umumnya dijumpai di daerah tropikadan subtropika yang dapat mendukung perkembanganserangga vektor dengan baik. Penyakit kuning cabai di Indonesia disebabkan oleh virus dari kelompok/Genus Begomovirus (singkatan dari: Bean golden mosaic virus), Famili Geminiviridae. Geminivirus dicirikan dengan bentuk partikel kembar berpasangan (geminate) dengan ukuran sekitar 30 x 20 nm. Di Cuba, penyakit kuning pada cabai disebakan oleh Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV).

Virus ditularkan oleh kutu putih atau kutu kebul (Bemisia tabaci) secara persisten yang berarti selama hidupnya virus terkandung di dalam tubuh kutu tersebut (Gambar 4). Virus tidak ditularkan lewat biji dan juga tidak ditularkan lewat kontak langsung antar tanaman.

Serangan virus ini pada tanaman cabai menunjukkan gejala bercak kuning di atas permukaan daun, dan perlahan-lahan bercak itu meluas hingga seluruh permukaan daun menguning. Bentuk daun menjadi lebih kecil dari ukuran daun normal, melengkung dan kaku. Pada serangan yang berat, hamparan cabai bisa berubah warna menjadi kuning, lalu daun akan rontok. Bila kita perhatikan tanaman yang terserang virus ini maka di bawah permukaan daun akan di terlihat kutu berwarna putih/kutu kebul (Besimia tabaci Genn.) yang di duga sebagai vektor (pembawa) penyebar virus. Melihat gejala di atas dan adanya kutu kebul, ada dugaan bahwa penyakit kuning keriting tersebut di sebabkan oleh geminivirus.

Cara Pencegahan:
Pertama, penggunaan benih yang sehat dan pembuatan persemaian yang baik sehingga tanaman mampu tumbuh dan berkembang secara lebih baik dan secara fisiologis mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap gangguan OPT.

Kedua, pemanfaatan kelambu untuk menutup persemaian (pengerondongan persemaian). Kelambu terbuat dari kain sifon yang dipasang dengan baik dan rapi sehingga tidak dapat ditembus dan dimasuki oleh vektor kutu kebul (Bemisia tabaci). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penularan virus sejak dini.

Ketiga, penyiapan lahan tanam dengan baik. Keempat, penanaman tanaman pagar (penghalang) di sekeliling petak pertanaman cabai, untuk menghambat infestasi serangga vektor (yang berarti menghindari penularan virus). Terdapat beberapa jenis tanaman pagar yang dapat digunakan antara lain tanaman jagung dan orok–orok. Tanaman pagar jagung ditanam sebanyak 6 baris kurang lebih 2–3 minggu sebelum tanam cabai dengan jarak tanam yang rapat 15–20 cm. Apabila tanaman jagung yang digunakan, dilakukan beberapa baris tanam dengan selang waktu tanam satu minggu.

Kelima, sanitasi lingkungan berupa pembersihan dan pemusnahan tanaman inang dan tanaman yang telah menunjukkan gejala serangan. Keenam, pemasangan likat kuning (perangkap serangga berwarna kuning yang sudah diberi perekat). Likat kuning dipasang di areal pertanaman dengan tiang pancang setinggi + 50 cm (sedikit di atas tajuk tanaman) sebanyak 40 buah/hektar.

Ketujuh, pemanfaatan PGPR (Plant Growth Promoting Rhyzobacteria) yaitu merendam benih yang akan disemai dengan larutan PGPR selama 6–12 jam dengan konsentrasi larutan 20 ml/liter air. Pemanfaatan PGPR dapat juga dilakukan dengan cara dilakukan penyiraman larutan PGPR setiap satu minggu sekali. Kedelapan, apabila dimungkinkan dapat disemprotkan larutan cairan daun bayam duri atau daun bunga pagoda atau daun nimba untuk menginduksi ketahanan tanaman.

2.Penyakit Keriting
Penyebabnya adalah CMV (Cucumber Mosaic Virus). Vektornya berupa Aphid dan Thrips. Aphid memiliki mulut berupa alat tusuk dan hisap. Pada saat ia berada di permukaan daun, Aphid akan menghisap zat-zat dari daun, sehingga otomatis dia akan bisa menularkan penyakit (virus) dan memperbanyak diri dalam tanaman tersebut. Sedangkan Thrips bekerja dengan menusuk klorofil (zat hijau daun) yang sangat diperlukan dalam proses pembuatan zat makanan bagi tumbuhan. Akibatnya, daun menjadi pucat dan tidak dapat memasok kebutuhan organ lain.
Keriting daun cabe yang disebabkan oleh virus. Virus pada tanaman cabe biasanya disebarkan oleh hama vektor myzus dan bemisia (kutu kebul). Jika virus menyerang pada tanaman cabe akan memberikan gejala yang bermacam-macam sesuai denga jenis virusnya. Salah satu gejala yang akibatkan oleh virus tanaman cabe adalah adanya daun tanaman cabe yang menggulung atau kita sebut keriting. Keriting daun yang disebabkan oleh virus dapat dibedakan dengan penyebab lain karena virus ini akan menyebabkan sebagian besar daun cabe menggulung. Hal ini berbeda dengan gejala yang diakibatkan oleh trips maupun tungau yang akan menggulung tanaman cabe hanya daun bagian ujung saja. Gejala keriting daun oleh Virus kadang-kadang juga dikuti oleh kerdilnya tanaman dan berubahnya warna daun.
1. Sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma dilahan maupun disekitar lahan
2. Gunakan mulsa plastik hitam perak
3. Jarak tanam jangan terlalu rapat
4. Kalau memungkinkan gunakan sprinkel untuk menyiram tanaman
5. Untuk keriting daun cabe yang disebabkan oleh virus cegah dengan mengendalikan vektornya
6. Gunakan insektisida yang tepat sasaran. Untuk trips, myzus dan bemisia gunakan insektisida berbahan aktif abamektin, karbosulfan, fipronil, imidakloprid. Untuk tungau gunakan akarisida seperti samite, mitac dan mesurol.
7. Ketika mengaplikasi pestisida tambahkanlah pupuk daun untuk mempercepat pemulihan tanaman.
8. Jika merasa selalu kesulitan mengendalikan keriting daun tanaman cabe maka hindari menanam cabe pada musim kemarau.

3. Virus Pada Kacang Panjang
Virus Cowpea little leaf virus menyerang tanaman kacang panjang.Penyakitnya berupa daun-daun tanaman yang mengecil.Gejala yang ditimbulkan akibat serangan seperti, pada tiap-tiap ruas tumbuh tunas-tunas (yang seharusnya dorman) tetapi karena adanya hormone perangsang yang telah dikendalikan virus maka tunas –tunas tersebut tumbuh secara bebas dan tidak teratur.Virus mosaik pada kacang panjang (Cowpea aphid-borne mosaic virus) atau virus CoMV.Virus ini menyebabkan timbulnya mosaik pada daun, daun tanaman asimetris karena perkembangan yang tidak merata, permukaan daun mengalami penglepuhan.Penyebab penyakit mosaic ini merupakan virus yang ditularkan melalui perantara aphid (Aphis craccivora Kock) atau kutu daun.Tanaman yang terserang berat akan menghasilkan daun –daun berwarna kekuningan, kerdil, mengalami malformasi, dan kehilangan vigor.Semakin banyak aphid menyerang tanaman, daun, dan pucuk sulur semakin banyak yang rusak dan akhirnya mati.

Akibat infeksi berupa mosaik yaitu daun tanaman yang terserang berwarna belanh hijau muda sampai hijau tua.Ukuran daun menjadi lebih kecil dibandingkan dengan ukuran daun normal.Jika virus menyerang tanaman muda , pertumbuhan tanaman akan terhambat dan akhirnya menjadi kerdil.Gejala yang timbul sangat dipengaruhi oleh suhu, penyinaran, umur tanaman, varietas tanaman, dan strain virus.Secara umum gejala yang timbul dikempokan menjadi:1. Gejala mosaic dan mottle pada daun biasanya berwarna pucat atau kekuning-kuningan yang menyebar berupa percikan,2. Gejala klorosis berupa warna pucat , baik menyeluruh maupun bercak saja,3. Gejala vein-clearing: warna pucatpada urat daun sehingga kelihatan transparan dan berkilau diantara warna daun yang hijau,4. Gejala nekrosis : matinya suatu jaringan, biasanya terjadi pada urat daun, batang berupa garis-gari coklat, bercakk pada daun atau bercak cekung nekrosis.

Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing.

MACAM MEDIA MIKROBA (MEDIA DIPERKAYA)



A. Media Diperkaya
1. Difco™ Baird-Parker Agar EY Tellurite Enrichment
a) 10.0 g/950 mL Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/950 mL Beef Extract
c) 1.0 g/950 mL Extract Yeast
d) 12.0 g/950 mL Glycine
e) 10.0 /950 mL g Sodium Pyruvate
f) 5.0 g/950 mL Lithium Chloride
g) 20.0 g/950 mL Agar

fungsi: Isolasi dan enumerasi dari koagulasi staphylococci positif dari makanan, kulit, minyak, udara, dan material lain serta identifikasi staphylococci atas dasar kemampuan mereka untuk membersihkan kuning telur

2. Difco™ EY Tellurite
a) 10.0 g/950 mL Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/950 mL Beef Extract
c) 1.0 g/950 mL Extract Yeast
d) 12.0 g/950 mL Glycine
e) 10.0 /950 mL g Sodium Pyruvate
f) 5.0 g/950 mL Lithium Chloride
g) 20.0 g/950 mL Agar
h) 30% egg yolk suspension with 0.15% potassium tellurite

fungsi Isolasi dan enumerasi dari koagulasi staphylococci positif dari makanan, kulit, minyak, udara, dan material lain serta identifikasi staphylococci atas dasar kemampuan mereka untuk membersihkan kuning telur

3. Difco™ Muller Kauffmann Tetrathionate Broth Base
a) 5.0 g/L Beef Extract
b) 10.0 g/L Peptone
c) 3.0 g/L Sodium Chloride
d) 45.0 g/L Calcium Carbonate
e) 38.1 g/L Sodium Thiosulfate (anhydrous)
f) 4.7 g/L Oxgall
Memperkaya Salmonella dari air dan bahan makanan

4. Media 2,4-D
a) 0.1 g/L 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid
b) 4.2 g/L K2HPO4.3H2O
c) 1.0 g/L NaH2PO4.H2O
d) 0.2 g/L MgSO4.7H2O
e) 0,1 mL Nitrilotriacetic Acid
f) 2 g/L NH4Cl
g) 0.012 g/L FeSO4.7H2O
h) 0.003 g/L MnSO4.H2O
i) 0,003 g/L ZnSO4.7H2O
j) 0.001 g/L CoSO4

Fungsi: Isolasi bakteri pengonsumsi herbisida 2,4-dichlorophenoxyacetic acid

5. Media bebas nitrogen
a) 10 g/L Glucose
b) 1g/L CaCO3
c) 1 g/L KH2PO4
d) 0.2 g/L MgSO4.7H2O
e) 0.3 g/L FeSO4.7H2O
f) 0.2 g/L NaCl
g) 0.005 g/L Na2Mo4.2H2O
h) 15g/L

fungsi: Agar Isolasi bakteri penambat nitrogen